SDA Melimpah, tetapi Dicuri Asing?
MutiaraUmat.com -- Negeri dengan kekayaan SDA (sumber daya alam) yang melimpah mulai dari emas, perak, batu bara, timah, nikel, tembaga, kelapa sawit, kopi, kakao, hasil laut, rempah-rempah dan lain-lain semua ada di Indonesia. Begitu kayanya Indonesia. Tapi sayang SDA itu selalu dicuri pihak asing sehingga rakyat tidak bisa menikmati hasil kekayaan negaranya sendiri. Di mana semboyan gemah ripah loh jinawi (memiliki kekayaan alam yang berlimpah dan masyarakatnya hidup adil, tentram, makmur, dan sejahtera) tidak menggambarkan kondisi negeri saat ini.
Kasus yang lagi hangat-hangatnya terkait Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Pontianak memutuskan untuk membatalkan keputusan yang diambil oleh PN Ketapang mengenai terdakwa yang terlibat dalam pencurian emas seberat 744 kilogram dan perak sebanyak 937,7 kilogram, oleh WNA Tiongkok Yu Hao, dimana sebelumnya terdakwa divonis hukuman 3 tahun 6 bulan penjara dan denda 30 miliar. (aksaraloka.com, 14-01-2025)
Kasus ini telah menarik perhatian masyarakat akibat penambangan emas ilegal di Kabupaten Ketapang KalBar, yang mengakibatkan kerugian besar bagi negara. Kementerian ESDM melaporkan bahwa negara dengan total kerugian mencapai Rp 1,02 triliun (viva.co.id, 15-01-25).
Sungguh miris memang dengan keputusan itu, di mana hukum dan keadilan di negara ini sedang tidak baik-baik saja. Rakyat yang hanya mengambil kayu untuk kebutuhan sendiri dipenjarakan tapi pihak asing jelas mencuri SDA Indonesia dengan kerugian triliunan dibebaskan dari hukuman.
Sangat mengkhawatirkan melihat pemerintah, wakil rakyat, dan lembaga hukum berkolaborasi untuk memanfaatkan hukum sebagai alat politik semata. Apakah keadaan kita saat ini lebih baik? Tidak.
Pada tahun 1998, tindakan pemerintah terhadap warganya adalah berupa kekerasan fisik. Namun saat ini, apa yang mereka lakukan adalah kekerasan yang bersifat budaya. Mereka memakai apa yang disebut sebagai hukum sebagai instrumen politik.
Dengan ideologi kapitalisme yang dipakai saat ini hukum seakan hanya dibuat permainan, yang kaya akan semakin kaya, yang miskin akan semakin miskin, yang berkuasa akan semakin berku6as. Dan menimbulkan berbagai masalah di semua aspek kehidupan, bahkan dapat merusak keberlangsungan lingkungan.
Kapitalisme cenderung melepaskan sifat rakus manusia untuk mengekplorasi dan mengeksploitasi SDA yang tersedia semaksimal mungkin dengan dalih peningkatan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Di mana para pemimpin hanya memikirkan kepentingan pribadi dan lalai meriayah umat dengan baik.
Seharusnya SDA yang melimpah di negara ini dapat dinikmati oleh setiap orang secara adil. Karena setiap individu memiliki hak yang setara dan pemerintah bertanggung jawab untuk memenuhi hak tersebut.
Dalam pandangan syariah Islam, SDA merupakan karunia dari Allah SWT yang seharusnya diurus demi kepentingan masyarakat dan kesejahteraan rakyat, bukan untuk menguntungkan segelintir individu atau kelompok tertentu. Landasan utama dalam pengelolaan SDA berdasar pada Islam adalah keadilan, tanggung jawab, dan keberlanjutan.
Islam sebagai suatu sistem memberikan solusi terkait dalam pengelolaan SDA. Pengelolaan SDA dimulai dari konsep kepemilikan, di mana SDA dianggap sebagai milik masyarakat dan pengelolaan tersebut dipercayakan kepada negara.
Pendekatan holistik ini mendorong terciptanya keberlanjutan yang bersifat ekologis, ekonomis, dan sosial untuk generasi yang akan datang dan SDA wajib digunakan secara bijak dan tidak berlebihan.
Secara umum, tanggung jawab pengelolaan SDA dalam Islam ada di tangan negara sebagai wakil dari masyarakat, bukan diserahkan kepada sektor swasta, terutama yang berasal dari luar negeri.
Negara memiliki kemampuan untuk mengatur SDA dengan cara yang adil dan terbuka, memastikan kesejahteraan bagi seluruh warga dan melindungi hak-hak mereka sesuai dengan prinsip syariah. Pengelolaan yang adil serta bijak akan memberikan keuntungan ekonomi serta berkah dan kesejahteraan yang merata bagi seluruh masyarakat.
Semoga kita bisa menjaga dan melestarikan SDA di Indonesia untuk kemaslahatan umat dan sebagai bentuk cara kita bersyukur kepada Allah yang telah menciptakan alam dan seisinya sehingga umat terpenuhi kebutuhannya. Allah berfirman surat Al-Baqarah 164 "Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang bahtera yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengannya Dia menghidupkan bumi setelah mati (kering), dan Dia menebarkan di dalamnya semua jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang mengerti".
Ayo kita berusaha menjadi umat Muslim yang taat dan bertanggung jawab. Lingkungan sekitar mencerminkan perilaku kita. Apabila kita bersikap baik pada alam, maka alam akan membalas dengan berbagai kebaikan bagi kita.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Maya, Aktivis Muslimah
0 Komentar