Siapa pun Presidennya, AS Tetap Menyerang Gaza
MutiaraUmat.com Donald Trump resmi memenangkan Pemilu Presiden Amerika Serikat (AS) dan warga Muslim di sana melihatnya sebagai titik terang dalam konflik saudara kita di Palestina. Selama kampanye, Trump memang kerap menekankan bahwa dia akan memperjuangkan perdamaian. “Kita akan memulihkan perdamaian, stabilitas, dan harmoni di seluruh dunia,” kata Trump, dilansir Kantor Berita AFP (19/7/2024).
Sedangkan selama kepemimpinan Joe Biden, Biden secara terang-terangan menunjukkan dukungannya kepada Zionis Yahudi untuk terus menyerang Gaza hingga sekarang sampai ke Lebanon, Suriah, dan Yaman. Namun, apakah benar Trump berniat menghentikan pertumpahan darah saudara kita di Palestina?
Donald Trump memang dikenal sebagai seorang business man handal yang sangat fokus pada mencari keuntungan sebanyak-banyaknya demi keberlangsungan bisnisnya. Ia melihat, negara AS itu sebagai ladang bisnis selanjutnya dan keterkaitannya AS dengan peperangan di Timur Tengah menghambat bisnis itu. Oleh karenanya, banyak yang beranggapan setelah Trump resmi dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat akan dilangsungkan ceasefire dan perang akan selesai pada akhirnya.
Perlu digarisbawahi, keterlibatan AS dengan Zionis Yahudi itu bagaikan simbiosis mutualisme, ikatan yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Amerika Serikat banyak melakukan bisnisnya dengan korporat-korporat pro Zionis Yahudi. Para pejabat dan politisi AS tunduk dengan segelontoran dana yang disuntikan oleh organisasi Yahudi seperti AmericanIsraelPublic Affairs Committee (AIPAC), Conference of Presidents of Major American Jewish Organizations (CoP), Anti-Defamation League, Christians Zionist Group dan berbagai media seperti Weekly Standard dan New Republic. Saking dekatnya pertemanan mereka, AS dan Zionis Yahudi, Amerika sudah 49 kali menggunakan hak Veto mereka terhadap resolusi PBB pada Israel.
Sudah jelas, mau siapa pun yang memimpin AS, tidak akan bisa dengan totalitas berpihak pada hak kemenangan bagi Palestina. Persoalan sistemik AS yang terikat kuat dengan Zionis Yahudi sejak1948 sehingga tidak akan berpengaruh pada saudara kita dengan adanya pergantian presiden ini.
Haram juga bagi kita untuk berharap setitik pun dengan orang kafir. Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an surah al-Maidah ayat 51 yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menjadikan kaum Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin kalian. Sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain".
Muslim harus mandiri dan berdiri sendiri. Kita tidak bisa bergantung pada negara-negara kafir, apakah itu AS, Rusia, atau RRC (Cina) sekalipun. Negara-negara Muslim jika disatukan menjadi satu kesatuan di bawah naungan Khilafah Islam sudah jelas mutlak menjadi negara adidaya, bahkan mengalahkan AS saat ini. Inilah yang sebenarnya ditakutkan oleh negara-negara kafir, bersatunya umat Muslim secara politik dan tidak dipisah-pisahkan dengan kebangsaan dan nasionalisme. Mengingat bagaimana Khilafah Islam dulu sangat ditakutkan dan dihormati semua kekuatan pada masanya.
Sudah saatnya umat Islam sedunia bergerak bersama dalam satu naungan, yaitu Khilafah Islamiyah. Hanya dengan Khilafah sebagai negara adidaya yang benar-benar akan menjadi junnah (pelindung) bagi umatnya dan membebaskan Palestina dari cengkeraman Zionis Yahudi.
Oleh: Fatiyah Danaa
Aktivis Muslimah Depok
0 Komentar