Ternyata Ini Pemicu 22,4 Persen Calon Dokter Spesialis Alami Depresi
MutiaraUmat.com -- Merespons temuan Kementrian Kesehatan (Kemenkes) bahwa ada sekitar 22,4 persen atau 2.716 mahasiswa peserta program pendidikan dokter spesialis (PPDS) terdeteksi mengalami ganguan kesehatan jiwa/depresi, Help Care Profesional Syariah Dr. Eko Budi S., SP. AND mengungkapkan kasus bullying di dunia kedokteran masih ada hingga sekarang.
"Tidak bisa dimungkiri bahwa kasus bullying itu ada. Walaupun sudah berusaha diminimalisir, tetapi sampai sekarang pun masih ada," ujarnya di YouTube Khilafah News berjudul Banyak Calon Dokter Spesialis Alami Perundungan Hingga Dijadikan "ATM Berjalan" Kakak Tingkat?, Senin (22/4/2024).
Ia menjelaskan, kasus bullying memang ada di mana-mana, seperti di tempat kerja, bahkan di rumah, di lingkungan sekitar, di tempat sekolah atau pendidikan, termasuk juga di dalam pendidikan dokter atau dalam pendidikan para tenaga kesehatan. Memang ada kasus-kasus bullying, perundungan seperti itu memang dan sudah terjadi sejak dari dulu.
"Nah, terkait dengan hal itu, memang akhirnya ada sebagian para peserta didik PPDS tadi yang mengalami bullying itu mengalami depresi, tetapi ada juga yang tidak mengalami depresi, contohnya saya. Alhamdulillah dengan kemudahan dari Allah tidak sampai mengalami hal itu," katanya.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa bullying tersebut bisa jadi menyebabkan depresi, tetapi bisa jadi juga tidak, tergantung kekuatan mental masing-masing peserta PPDS. Sehingga memang perlu dilihat secara lebih detail lagi, perlu diklarifikasi kepada para PPDS, apakah memang dengan terjadinya bullying itu menyebabkan dia menjadi depresi, karena tidak semuanya juga seperti itu.
"Sehingga ini memang perlu diperhatikan. Misalnya dari sisi personalnya. Apakah dia ini memang memiliki kepercayaan diri, dia memiliki daya tahan mental yang baik, apakah tidak? Nah, ini kan memang perlu diperhatikan," terangnya.
Menurutnya, mental gampang depresi juga dikarenakan kondisi nyaman yang selama ini dirasakan para peserta PPDS sebelum masuk ke dunia pendidikan kesehatan. Sehingga menjadi kaget karena adanya bullying.
"Ketika sebelum menjadi PPDS, dia tidak pernah kena bullying, mungkin hidupnya enak-enak saja, apa yang dia inginkan bisa terpenuhi. Nah, setelah masuk ke dalam pendidikan spesialis tadi itu, maka kaget. Sedangkan mentalnya tidak siap, ditambah lagi dengan lingkungan proses pendidikan yang memang tidak kondusif bagi dirinya. Akhirnya dia bisa mengalami depresi tadi," terangnya.
Kemudian ia memaparkan, adanya kasus selain bullying, yaitu adanya senior atau dari kakak kelas yang menjadikan adik kelas sebagai target atau sasaran terkait dengan masalah keuangan.
"Misalnya, ya disuruh untuk ini itu, untuk membelikan apa dan sebagainya. Itu memang, kalau dulu lebih sering terjadi walaupun sekarang kulturnya sudah menurun. Menjadikan adik kelas sebagai ATM tadi sudah berkurang dan tidak semua jurusan spesialis dan juga tidak semua tempat atau pusat-pusat pendidikan seperti itu. Jadi memang harus didetaili lagi," pungkasnya.[] Nabila Zidane
0 Komentar