Climate Change, Agenda Besar Penjajahan Peradapan Kapitalisme
MutiaraUmat.com -- Dunia sudah dalam kondisi darurat, upaya pencegahan perubahan iklim serta meminimalisir kenaikan suhu bumi, menjadi isu global yang terus dibicarakan dunia. Hal ini menjadi pembahasan PBB dalam pertemuan Conference Of the Parties (COP 28), yang baru saja digelar di Dubai. Konferensi tersebut mencapai kesepakatan untuk mengurangi konsumsi bahan bakar fosil secara global, sebagai upaya terbaik untuk mencegah dampak buruk perubahan iklim, dilansir beritasatu.com, Kamis (14/12/2023).
Perubahan iklim berdampak pada kekeringan, krisis pangan, krisis kesehatan, kebakaran hutan meningkat, naiknya permukaan air laut, rusaknya biota laut, bahkan terjadinya banjir bandang, pada saat musim hujan. Akibat semua ini akan mengancam kepunahan tanaman, hewan dan manusia.
Climate change ini terjadi karena adanya kenaikan temperatur bumi, yang mengakibatkan bencana besar dan membahayakan kehidupan di planet bumi. Climate change ini disebabkan oleh alam dan sebagian besar karena ulah tangan manusia sendiri.
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi, menyebabkan banyak perusahaan besar mengeksploitasi SDAE, peningkatan efek rumah kaca, deforestasi (pembabatan hutan) untuk perkebunan sawit, yang semua itu karena kerakusan para kapital untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa memikirkan kerusakan lingkungan dan bumi ini.
Dalam menyelesaikan persoalan climate change, Bank Dunia siap memberikan bantuan dalam skema bisnis dan investasi. Selama ini jebakan investasi energi fosil sudah membuat negeri ini kehilangan SDAE yang melimpah. Ditambah lagi investasi yang sifatnya enegi baru terbarukan ataupun ekonomi hijau, yaitu yang tadinya menggunakan energi bahan bakar fosil, beralih kepada energi sawit. yang menambah eksploitasi besar-besaran penebangan hutan, berdampak parah terhadap kondisi lahan hutan.
Pemerintah terperdaya arahan para pememimpin dunia COP 28 dalam investasi dan bisnis untuk mengatasi perubahan iklim, dengan mengurangi bahan bakar fosil. Dampaknya upaya pemerintah untuk mengurang deforestasi, malah membuka lahan-lahan hutan untuk kebutuhan investasi ekonomi hijau dan bertambahnya utang negara. Tetap saja yang untung corporate-corporate yang menguasai ratusan juta hektar lahan sawit.
Adanya kendaraan listrik seperti sepeda dan mobil listrik (EV) menawarkan sistem transportasi berkelanjutan guna menghadapi perubahan iklim. EV juga menggunakan alternatif energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan daripada mobil pembakaran bensin tradisional. Namun faktanya, seperti yang diungkap EVBox, Selasa (12/9/2023), beberapa penelitian menunjukkan bahwa pembuatan baterai EV dapat menghasilkan emisi karbon yang lebih tinggi dibandingkan dengan mobil bensin. Karena bahan baku utama baterai EV bersumber dari pertambangan nikel, yang justru membuka lahan hutan untuk kebutuhan pertambangan itu.
Semua solusi yang ditawarkan peradaban kapitalisme atas nama investasi dan bisnis bukan untuk menyelamatkan bumi, lingkungan dan meminimalkan climate change, melainkan hanya untuk mengeruk dan menguasai kekakayaan alam. Climate change dijadikan agenda besar penjajahan peradapan kapitalisme dalam rangka menghegomoni negeri-negeri muslim khususnya.
Ketika dunia dikuasai peradaban kapitalisme, menjadikan manusia hanya mengejar nilai-nilai materi untuk mengejar pertumbuhan ekonomi. Para pemilik modal terus mengeruk kekayaan alam tanpa mempertimbangkan dampak buruk dan mengabaikan aspek-aspek kelestarian lingkungan dan keseimbangan alam.
Allah menciptakan alam semesta dengan seluruh isinya dengan serasi, selaras dan seimbang untuk tempat tinggal manusia. Dan Allah menurunkan Al-Qur'an untuk memberikan solusi terhadap seluruh persoalan dalam kehidupan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat 29:
"Allah yang menciptakan segala yang ada di bumi untukmu, kemudian Dia menuju ke (penciptaan) langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dia Maha Mengetahui segala sesuatu."
Seluruh persoalan climate change dapat terselesaikan hanya dengan risalah Islam. Perkara yang memberikan dampak kerusakan lingkungan dan kehidupan di bumi seperti deforestasi yang menyebabkan makin sedikitnya lahan hutan, dalam Islam sudah ada aturannya, bahwa hutan adalah milik umum, pemanfaatannya diperuntukkan bagi masyarakat umum, untuk kepentingan bersama dan tidak boleh dikuasai oleh individu maupun korporasi.
Sebagaimana hadis Rasulullah SAW bahwa “Kaum muslimin berserikat dalam 3 (tiga) hal yaitu: air, padang rumput dan api." Islam akan mengembalikan lahan-lahan hutan agar ekosistem berkesinambungan, proses siklus karbon, siklus hidrologi kembali normal, sehingga pemanasan global dan perubahan iklim tidak terjadi secara signifikan.
Penggunaan energi fosil yang diatur dalam bingkai syariah, tidak akan terjadi eksploitasi penambangan yang menimbulkan deforestasi dan membahayakan lingkungan karena pemanfaatan sumber daya alam untuk kesejahteraan rakyat, bukan untuk pertumbuhan ekonomi.
Negara bukan sebagai regulator, untuk kepentingan korporasi yang rakus mengeruk kekayaan maupun menentukan kebijakan kedaulatan SDAE. Melainkan sistem ekonomi Islam akan mandiri, mengelola SDAE untuk rakyat, tidak bergantung kepada asing maupun utang. Islam akan meriayah rakyatnya untuk mendapatkan kehidupan yang sejahtera, kelestarian lingkungan dan keseimbangan alam.[]
Yesi Wahyu I
Aktivis Muslimah
0 Komentar