Pembelaan Atas Palestina Tak Cukup Dengan Milisi
MutiaraUmat.com -- Butuh Aksi Nyata Negeri Muslim
Agresi Israel yang makin membabi buta ke Jalur Gaza imbas peperangan dengan Hamas kian mematik reaksi milisi pendukung Palestina di Timur Tengah untuk ikut melancarkan tindakan balasan.
Terbaru, milisi Hizbullah di selatan Lebanon menembakkan puluhan roket ke Kota Kiryat Shmona Israel pada Kamis 2 Oktober lalu.
Pemberontak Houthi di Yaman juga meluncurkan dronenya untuk menyerbu Israel pada Selasa 31 oktober kemarin. (CNN Indonesia, Jumat, 03 November 2023).
Dua hari berturut-turut, wilayah pendudukan entitas Zionis Yahudi diserang sejumlah militan dari berbagai posisi. Serangan tersebut menyasar pangkalan militer hingga tentara Zionis.
Pada Senin 13 Nov 2023 Perlawanan Islam Lebanon, Hizbullah mengumumkan serangan terbarunya terhadap wilayah Zionis. Dan pada Selasa malam, tentara Zionis mengkonfirmasi serangan rudal Ansarullah Yaman di wilayah pendudukan.
Di hari yang sama pula, sumber berita Suriah mengumumkan bahwa dua rudal ditembakkan dari wilayah Suriah menuju Dataran Tinggi Golan yang diduduki rezim Zionis. (Tribun-Video.com, Rabu, 15 November 2023).
Nasionalisme telah membatasi upaya membela Palestina hanya dengan kecaman semata. Bahkan abai pada realita perang yang terjadi antara negara melawan Hamas. Padahal perang haruslah negara melawan negara. Perlawanan kelompok muslim ini menjadi bukti umat terkotak-kotak (nation state) akibat paham nasionalisme.
Paham nasionalisme ini lahir dari pemikiran rusak dan penerapan sistem kapitalisme. Sehingga terbentuklah kelompok-kelompok muslim yang bersifat nasional, membela kelompoknya sendiri. Maka dari itu kesadaran membela umat Muslim lemah bahkan tidak ada.
Kelompok Muslim yang memiliki keimanan dan ketakwaan inilah yang menyadari kewajibannya untuk membela Palestina, saudara sesama muslim yang sedang teraniaya, meski negara bersikap berbeda. Negara bahkan tidak melakukan tindakan nyata, sehingga mereka merasa harus terjun langsung sebelum makin banyak korban dari saudara Muslim kita.
Bahkan dari masyarakat negara yang pro zionis saja tergerak hatinya untuk membela palestina, lalu kenapa para pemimpin Muslim bahkan menjadi pro zionis? Tidakkah sadar jika yang dibela adalah kaum laknatullah? Tidakkah mereka memikirkan kaumnya?
Inilah bukti penghianatan pemimpin muslim yang sudah terjajah oleh pemikiran rusak kapitalisme, mereka tidak lagi memikirkan kaumnya. Ketika merasa aman dengan pro ya kenapa tidak. Bahkan ditengah memanasnya perang di Palestina mereka sibuk dengan berbagai pesta kemaksiatan, mereeka benar-benar menjadi bangsa yang liberal.
Umat Islam ibarat satu tubuh, “perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).” HR.Bukhari no.6011 dan Muslim no.2586).
Sehingga satu keharusan membela Palestina yang teraniaya karena mereka adalah bagian dari tubuh kita,mereka adalah saudara kita umat Muslim, bahkan umat selain muslim juga menjadi korban di sana. Negara seharusnya berperan lebih nyata mengikuti langkah milisi dengan ikut serta mengirim pasukan tentara hebat yang negara miliki beserta peralatan perang yang canggih.
Islam menjadikan pembelaan adalah satu kewajiban yang harus dipenuhi sesama Muslim dan negeri Muslim, apalagi Ketika musuh bertindak sampai di luar batas kemanusiaan dan menghilangkan nyawa kaum Muslim, bahkan sampai menyerang anak-anak. Dan perang melawan entitas zionis yahudi adalah kewajiban, apalagi mereka telah menyerang umat yang tidak bersalah bahkan sampai menargetkan ribuan anak-anak.
Mereka juga berencana merebut tanah kaum Muslim bahkan ingin menguasai negeri arab. Jelas saja ini penjajahan namanya dengan disertai genoside pada umat Palestina. Tentara milisi tak cukup untuk menangani kekejaman zionis ini, butuh peran negara langsung yang menindak dengan nyata. Namun sayang beribu sayang, negeri-negeri Muslim hanya banyak melakukan kecaman bukan mengirimkan tentara mereka. Inilah bukti kegagalan sistem dalam menangani sebuah masalah, yang kecil saja tidak tuntas apalagi yang berbau perang, jelas tidak mampu.
Sedangkan sistem yang mampu menjalankan jihad ialah Khilafah Islamiyah, sistem yang sangat tegas dalam menyelesaikan masalah sekalipun harus dengan perang melawan entitas zionis, khalifah selalu siap. Tidak ada kata takut terhadap bangsa lain, karena Allah lah sebaik-baik penolong.
Negara Islam akan mewujudkan pembelaan terbaik terhadap wilayah yang dirampas penjajah. Semua ini akan terwujud dengan menerapkan sistem Islam kaffah bernama khilafah. Sistem ini akan segera kembali ke tengah-tengah umat yang mempelajari Islam secara keseluruhan serta menerapkan syariatnya. []
Oleh: Sarinem
(Aktivis Muslimah)
0 Komentar